Perbedaan Budaya?
Mulai dari aturan tentang gerakan tubuh (berkacak pinggang, menyilangkan kaki, dll) hingga bahasa, cara pikir, makanan, dan aturan lain (misal: melepas sepatu sebelum masuk rumah, hadiah yang boleh dan tidak boleh diberikan, dsb), semuanya termasuk dalam budaya.
Budaya memang bisa disebut sebagai representasi dari satu kelompok masyarakat. Jika ingin memahami orang India, maka kita harus mempelajari budaya India, misalnya. Itu sebabnya, Paulus juga memberikan dua prinsip penting dalam menginjil. Ia berkata jika berada di antara orang Yahudi, ia menjadi seperti orang Yahudi - 1 Korintus 9:20, supaya jangan sampai dalam penginjilan, kita justru menjadi batu sandungan bagi mereka yang memiliki budaya berbeda - 1 Korintus 10:32.
Ya, ada kalanya budaya juga bisa menjadi kendala. Hal ini juga dialami oleh para rasul maupun Yesus sendiri dalam pelayanan mereka. Dan hari ini kita bisa menarik pelajaran tentang bagaimana Yesus melayani seseorang dari budaya yang berbeda.
Secara budaya, Yesus dan perempuan Samaria sangat jauh berbeda. Yesus sebagai orang Yahudi secara tradisi seharusnya tidak berbicara dengan orang Samaria, apalagi seorang perempuan berdosa. Meski demikian, lihat apa yang Yesus lakukan? Hal pertama adalah Ia tidak menghakimi, Ia tidak menuduh, Ia tidak memandang rendah, melainkan Ia justru bicara dengan bahasa kasih.
Yang kedua, Yesus juga tetap fokus pada Injil dan bukan soal budaya. Perbedaan budaya (atau juga doktrin) antara orang Yahudi dan orang Samaria mengenai di mana mereka menyembah (Samaria di bukit Gerizim, orang Yahudi di bait Allah di Yerusalem) tidak dipermasalahkan, tapi Yesus justru berkata akan tiba saatnya orang akan menyembah dalam Roh dan kebenaran.
Perbedaan budaya memang perlu kita pelajari, tapi jangan jadikan itu satu masalah selama fokus kita tetap pada Tuhan dan kasih yang Ia ajarkan. Seorang pelayan Tuhan harus arif dalam menyikapi perbedaan budaya.
Perbedaan Budaya?
Reviewed by Unknown
on
5:03 PM
Rating: